Penyesuaian Diri dan
Pertumbuhan Personal
a.
Pengertian dan Konsep Penyesuaian
Diri
Seseorang tidak dilahirkan dalam
keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi
fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan dimana kemungkinan akan berkembangnya proses penyesuaian yang baik
atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia /
individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya,
tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi
organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat
suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi
tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri
adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
Apakah
Penyesuaian diri itu?
Penyesuaian diri merupakan suatu
proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi
hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas
dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia
sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari,
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya
kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak
mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam
menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam
masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami
stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian
diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
·
Penyesuaian
berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive
dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan
relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
·
Penyesuaian
dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu
dengan standar atau prinsip.
·
Penyesuaian
dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi
syarat.
·
Penyesuaian
dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap
situasi.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai
keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.
Menurut Schneiders
(1964), proses penyesuaian diri setidaknya melibatkan tiga unsur, yaitu:
·
Motivasi
Faktor motivasi dapat
dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri. Motivasi, sama
halnya dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang
menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam organisme. Ketegangan dan ketidakseimbangan
memberikan pengaruh kepada kekacauan perasaan patologis dan emosi yang
berlebihan dan kegagalan mengenal pemuasan kebutuhan secara sehat karena
mengalami frustasi dan konflik. Respon penyesuaian diri, baik atau buruk,
secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya organisme untuk mereduksi
atau menjauhi ketegangan dan memelihara keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas
respon baik itu sehat, efisien, merusak, atau patologis ditentukan oleh
kualitas motivasi, disamping hubungan individu dengan lingkungan.
·
Sikap terhadap realitas
Berbagai aspek
penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap
manusia disekitarnya, benda-benda, dan hubungan- hubungan yang membentuk
realitas. Beberapa perilaku seperti sikap antisosial, kurang berminat terhadap
hiburan, sikap bermusuhan, kenakalan dan semaunya sendiri, semua itu dianggap
sangat mengganggu hubungan antara penyesuaian diri dengan realitas. Berbagai
tuntutan realitas, adanya pembatasan, aturan dan norma-norma menuntut individu
untuk terus belajar menghadapi dan mengatur suatu proses ke arah hubungan yang
harmonis antara tuntutan unternal yang dimanifestasikan ke dalam bentuk sikap
dengan tuntutan eksternal dari realitas. Situasi konflik, tekanan dan frustasi
akan muncul jika individu tidak tahan terhadap tuntutan-tuntutan tersebut.
·
Pola dasar penyesuaian diri
Terdapat suatu pola
dasar penyesuaian diri dalam penyesuaian diri individu sehari-hari. Individu
berusahan mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan
sebagai akibat tidak terpenuhi atau terhambatnya kebutuhan individu.
Aspek-aspek
Penyesuaian diri :
·
Penyesuaian
Pribadi
Adalah
kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan
yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ciri-cirinya adalah
dapat sepenuhnya menerima siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan
kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya
tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa
benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, kecewa, atau tidak percaya pada
kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan
atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa
kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Jarak inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
Kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Jarak inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
·
Penyesuaian
Sosial
Di dalam masyarakat terdapat proses
saling mempengaruhi satu sama lain. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup
hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya. Penyesuaian sosial seseorang adalah bagaimana ia dapat
mau mematuhi peraturan dan norma-norma dalam lingkungan sosialnya.
Selanjutnya akan dibahas mengenai
konsep penyesuaian diri, konsep penyesuaian diri merupakan semua ide, pikiran,
perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan dan keyakinan ini merupakan
persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan
orang lain dan lingkungan, nilai yang dikaitkan dengan pengalaman dan objek
sekitarnya serta tujuan dan idealismenya (Suliswati, dkk, 2005).
Konsep penyesuaian diri berkembang
secara bertahap dimulai dari bayi yang dapat mengenali dan membedakan orang
lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep penyesuaian diri
dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan
positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan
dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang
lain.
Konsep penyesuaian diri merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi
tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental. Konsep diri
dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan
tentang bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut
dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan
penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri
sebagai manusia yang diharapkan.
b.
Pengertian Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk
individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik
atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau
seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai
kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial
tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan
tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang
sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat
mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah
kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap
keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma
tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan
hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun
terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang
secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada
disekitarnya apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu
berada di dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang
berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh
dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang
tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti
akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di
lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi
yang cuek.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu:
·
Faktor
genetik
- Faktor
keturunan — masa konsepsi
- Bersifat
tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
- Menentukan
beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti
temperamen
- Potensi
genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara
positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
·
Faktor
eksternal / lingkungan
- Mempengaruhi
individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
- Faktor
eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua faktor-faktor di atas
dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan
memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka
terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar.
v Aliran asosiasi
Perubahan terhadap seseorang secara
bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui
panca indera yang menimbulkan sensation (perasaan) maupun pengalaman mengenai
keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflection.
v Psikologi gestalt
Pertumbuhan adalah proses
perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara
keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
v Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses
sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial
kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting
untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan
berguna untuk sesamanya. Contoh : Saat seorang mahasiswa mengalami masalah
mengenai penurunan nilainya. Maka ia akan berusaha untuk mengurangi beban
pikirannya, misalnya dengan malakukan hobinya contohnya dengan bermain bola.
Refrensi :
ü Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma
ü Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health.
New York: Rinehart & Winston.
ü Sarwono, W, Sarlito. 2010. Psikologi Remaja. RajaGrafindo Persada :
Jakarta.
ü S, Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offse : Bandung.
No comments:
Post a Comment