YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Sunday, May 26, 2013

Tulisan 3


Cinta dan Perkawinan 

            Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling mencintai, memiliki, memenuhi dan melengkapi. Ada tiga elemen yang menentukan “pola” hubungan cinta sepasang manusia menurut Sternberg, yaitu :
·      Intimacy, merupakan elemen emosional yang meliputi keterbukaan, kehangatan, dan rasa saling percaya.
·         Passion, merupakan elemen motivasi yang meliputi ketertarikan fisik seksual. 
·  Commitment, merupakan elemen pemikiran yang membuat seseorang memutuskan untuk mencintai dan hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Hubungan cinta dengan absennya commitment hanya akan menjadi sebuah romantic love atau cinta romantis. Cinta seperti ini hanya dilandasi ketertarikan fisik dan kebutuhan emosional satu sama lain. Bila sampai beberapa lama commitment tidak juga muncul, maka hubungan cinta jenis ini biasanya akan segera berakhir. Karena dalam hubungan cinta, commitment juga menjadi salah satu faktor penentu jalannya suatu hubungan tersebut.
            Selanjutnya akan dibahas mengenai perkawinan, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi – yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Tergantung budaya setempat bentuk dan tujuan perkawinan bisa berbeda-beda. Tetapi pada umumnya perkawinan itu eksklusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan tersebut.

A.     Bagaimana memilih pasanggan ?

            Setelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk seumur hidup dan selama-lamanya sampai akhir hayat. Seseorang yang akan menikah hendaknya memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang muslim sudah menjatuhkan pilihan kepada pasanggannya yang berarti akan menjadi bagian dalam hidupnya.
            Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya, demikian pula pria yang menjadi suami atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.
Kriteria memilih calon istri :
·         Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan seorang ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Dalam hadist di atas dapat kita lihat bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.
·         Hendaklah calon istri itu penyayang, Al Wuduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.
·         Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, diantara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberi sepenuhnya kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya.
·         Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan. Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas. Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua  orang tuanya. Disamping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.
Kriteria memilih calon suami :
·         Seagama, ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang muslimah dalam memilih  calon suami sebab dengan seagama inilah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
·         Berilmu dan baik akhlaknya, masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami,  maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
·         Laki-laki yang memiliki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaam dan kesalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalani kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban sebagai suami istri, mendidik anak-anak, menegakan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.

B.     Seluk beluk hubungan dalam pernikahan

            Inilah puncak dari segalanya, setelah melewati masa pacaran dengan baik. Dengan saling mengikrarkan janji suci untuk sehidup semati baik dalam sehat maupun sakit, dalam keadaan kaya ataupun miskin dan hanya maut yang dapat memisahkan mereka. Tahap ini dimulainya sebuah babak baru, relasi yang ditandai dengan munculnya komitmen tanpa syarat untuk saling mencintai dan memiliki. Kalau tahap perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat pacaran, maka tahap pernikahan merupakan puncak dari tingkat hubungan paling akrab dan mulia yang dilakukan.

C.     Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan  

            Dwan J. Lipthrott, LCSW mengatakan bahwa ada 5 tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Bisa jadi antara pasangan suami-istri yang satu dengan yang lainnya memiliki waktu berbeda saat menghadapi melalui tahapannya.
·         Tahap 1 : Romantic Love, tahap ini adalah saat pasangan merasakan gelora cinta yang begitu besar.
·         Tahap 2 : Dissapointment of Distress, di tahap ini pasangan suami-istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa amarah dan  kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya.
·         Tahap 3 : Knowledge and Awareness , bahwa pasangan suami-istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya.
·         Tahap 4 : Transformation, Suami-istri pada tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya.
·         Tahap 5 : Real Love, pada tahap ini pasangan suami-istri akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangannya.

D.     Perceraian dan pernikahan kembali

            Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami-istri yang dalam hal ini adalah cerai hidup yang disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran masing-masing. Dimana perceraiaan dipahami sebagai hasil akhir dari ketidakstabilan perkawinan antara suami-istri yang selanjutnya hidup secara terpisah dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.
            Hubungan suami-istri juga dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan pola perkawinan yang ada dalam masyarakat. Scanzoni dan Scanzoni (1981) mengkatagorikannya ke dalam empat bentuk pola perkawinan, yaitu :
·         Owner Property,
·         Head Complement,
·         Senior Junior Partner, dan
·         Equal Partner.
            Kestabilan keluarga tampak lebih kondusif berlangsung dalam pola perkawinan kedua dan ketiga dimana posisi istri mulai berkembang menjadi pelengkap suami dan teman yang saling membantu dalam mengatur kehidupan bersama. Sementar itu hal sebaliknya dapat terjadi pada pola perkawinan equal partner. Pengakuan hak persamaan kedudukan dengan pria menyebabkan semakin tidak tergantungnya istri pada suami. Istri mendapat dukungan dan pengakuan dari orang lain karena kemampuannya sendiri dan tidak dikaitkan dengan suami.
            Di antara ke empat pola ini menjelaskan tingkat perceraian cenderung lebih tinggi pada pola perkawinan Owner Property. Oleh karena pola perkawinan tersebut berasumsi bahwa istri adalah milik suami, seperti halnya barang-barang berharga lainnya di dalam keluarga itu yang merupakan milik dan tanggung jawab suami. Istri sangat tergantung secara sosial ekonomi kepada suami. Akibat dari pola perkawinan seperti ini suami berhak menceraikan istrinya apabila tidak mendapatkan kepuasan yang diinginkan ataupun tidak menyukai istrinya lagi.

E.     Single Life

            Siapapun pasti mendambakan memiliki hubungan yang langgeng dan adem ayem dalam hidupnya. Namun terkadang kehidupan tidak melulu berisi dengan hal-hal indah saja, tetapi kadangkala kepahitan pun datang. Kebanyakan orang menilai dengan berakhirnya masa pernikahan bahagia, maka kehidupan berakhir. Menjadi sendiri lagi bukanlah akhir dari segalanya. Termasuk menjadi single parent untuk anak-anak tercinta, justru ini merupakan sebuah awal babak baru kehidupan.
Beberapa tips yang akan membantu dalam menghadapi dan menjalani kehidupan babak single yang baru, yaitu :
·         Me Time

Bisa dipastikan semua wanita yang mengalami perceraian dan menjadi sendiri lagi dalam kehidupannya mengalami depresi, perasaan tidak berdaya, emosi, dan malu. Oleh karenanya sediakan waktu untuk diri sendiri terlebih dahulu. Tujuannya tidak lain adalah untuk menenangkan diri, introspeksi diri sambil melupakan perasaan kecewa akan kehilangan orang yang dicintai atau kehilangan pasangan hidupnya bila telah berumah tangga cukup lama, hingga meluapkan emosi yang terpendam.
Kesendirian dalam fase ini mutlak diperlukan, sebab dengan memiliki “ me time” ini maka ada kesempatan untuk mempunyai waktu berbincang dengan diri sendiri, tanpa adanya intervensi ataupun hiburan dari kanan dan kiri yang terkadang justru tidak obyektif dan semakin membuat rumit.

·         Rangkul Sahabat Sejati

Setelah selesai melakukan ritual “me time”, artinya sudah siap kembali ke pelukan orang-orang terdekat. Pilihlah sahabat terdekat dan keluarga terdekat yang memang telah dipercayai dengan hati bila ingin bercerita.

·         Hidup Itu Indah

Memiliki status baru setelah mengalami gagalnya pernikahan, bukanlah suatu alasan untuk merasa malu dan minder dengan yang lainnya. Setiap manusia tidak ada yang sempurna. Jadi tidak ada satupun orang yang berhak menghakimi atas kegagalan yang telah dialami. Hadapi dunia dengan lantang dan sapalah orang di sekeliling seperti biasanya.

Refrensi :

ü  Id.wikipedia.org/wiki/perkawinan

Friday, May 24, 2013

Tulisan 2


Hubungan Interpersonal

Dalam suatu interaksi, dapat dimungkinkan munculnya hubungan interpersonal dimana hubungan antara pihak-pihak yang berinteraksi telah menjadi lebih jauh. Dalam hubungan interpersonal terdapat beberapa unsur yang dapat digunakan dalam mengklasifikasi hubungan interpersonal tersebut. Unsur tersebut meliputi jumlah individu yang terlibat, tujuan yang ingin dicapai, jangka waktu hubungan, serta tingkat kedalaman atau keintiman hubungan.

Hubungan interpersonal sendiri dibagi kedalam empat model. Model sendiri menurut B. Aubrey Fisher merupakan analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan unsur, sifat, atau komponen yang penting dari sebuah fenomena. Dengan kata lain model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.


A. Model- model Hubungan Interpersonal
a. Model pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).

b. Model peranan (role model)
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.

c. Model permainan (games people play model)

Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
• Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
• Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional)
• Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).

d. Model Interaksional (interacsional model)
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.

B. Memulai Hubungan

1. Pembentukan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:

a) informasi demografis
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
c) rencana yang akan datang
d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu
f) orang lain
g) hobi dan minat. (Hubungan Interpersonal )

2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:

a) keakraban : Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.

b) kontrol : kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan.Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.

c)respon yang tepat : ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat.

d) nada emosional yang tepat : dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.

3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul  Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:

a.Kompetisi
Dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.

b. Dominasi
Dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebutmerasakan hak-haknya dilanggar.

c. Kegagalan
Dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.

d. Provokasi
Dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.

e. Perbedaan nilai
Dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut. (Hubungan Interpersonal)


C. Intimasi dan Hubungan Pribadi

Menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadimmasing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannyaterhadap orang lain. Intimasi juga adalah salah satu atribut yang paling menonjol dalam suatu hubungan intim daripada hubungan pribadi yang lain. Keintiman (intimacy) sangat berkaitan dengan derajat kecintaan, kepercayaan, kepuasan, tanggung jawab dan pengertian pasangan dalam hubungan yang dekat (intim). Keintiman juga memberikan sumbangan besar dalam memenuhi kebutuhan individu dan keintiman itu pun memberikan efek positif pada kebaikan pasangan dalam suatu hubungan pertemanan (Prager & Buhrmester).

Untuk menjalin hubungan pribadi diperlukan adanya intimacy Cinta interpersonal membutuhkan tiga hal: IntimacyPassion, dan Commitment. Perasaan dekat dan nyaman muncul dari kualitas kebersamaan yang bagus. Keberasamaan yang menciptakan Intimacy dan kenyamanan ini adalah sebuah wujud awal dari cinta yang sering disebut sebagai persahabatan atau pertemanan (Liking/Friendship). Proses pendekatan itu proses dimana kebersamaan yang menciptakan Intimacy dan kenyamanan yang merupakan wujud awal cinta. Jika Intimacy, Passion, dan Commitment terpenuhi, maka sebuah hubungan akan menjadi sempurna karena dliliputi oleh cinta yang menyeluruh (Consummate Love).

Namun, keadaan yang penuh cinta yang menyeluruh ini bisa berlangsung selamanya dan bisa juga tidak. Kenapa? Semua bergantung pada proses memelihara tiga hal tersebut yang dipenuhi berbagai rasa, mulai dari sedih, gembira, puas, kecewa, rindu bahkan bosan. Ketika Intimacy yang hilang, maka yang terjadi adalah cinta absurd (Fatuous Love). Apa itu fatuos love /cinta absurd ? Cinta absurd adalah cinta yang bersandar pada Passion dan Commitment.  seperti mempertahankan pernikahan atau berpacaran karena teman, orangtua, usia, dan motivasi dari luar lainnya.  Hanya saja, ada motivasi pada ketertarikan pribadi dan fisik, dan Comitment yang tidak bertujuan menjaga hubungan, tapi lebih bertujuan mengejar materi atau kekuasaan.  Cinta ini menjadi absurd karena hal yang paling awal tidak ada lagi.  Hilangnya Intimacyterjadi, juga karena respon yang tidak tepat terhadap rasa yang menyertai sebuah hubungan, seperti sedih, gembira, puas, kecewa, rindu bahkan bosan.

D. Intimasi dan Pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Factor-factor yang menumbuhkan hubungan interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain.
Kejujuran, factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.Teori-teori tentang efek komunikasi yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pulahypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori peluru yang dikemukakan Wilbur Schramm pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut pada tahun 1970-an dan meminta kepada para pendukungnya yang menganggap teori ini tidak ada. Sebab khalayak yang menjadi sasaran media ini ternyata tidak pasif. Kemudian muncul teori model atau model efek terbatas, Hovland mengatakan bahwa pesan komunikan efectif dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah perilaku. Penelitian Cooper dan Jahoda pun menunjukan bahwa persepsi selektif dapat mengurangi efektifitas sebuah pesan.Contoh : seorang gadis berjalan lenggak-lenggok seperti pragawati dan banyak pria terpana padanya sampai-sampai tak berkedip, itu merupakan pola S – R. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model S – R mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang dating dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.

Refrensi :
Nasution, Noehi dkk. 1992. Psikologi pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Payitno, Elida. 1991. Psikologi perkembangan. Jakarta: Depdikbud.
Wirawan, Sarlito S. 2002. Individu dan teori-teori psikologi social. Jakarta: Balai Pustaka
Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river :person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius
eprints.undip.ac.id/10947/1/SKRIPSI.pdf
www.psikologi.org

Sunday, May 19, 2013

Tulisan 1


Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal

a.      Pengertian dan Konsep Penyesuaian Diri
            Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembangnya proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Apakah Penyesuaian diri itu? 
            Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut  dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
            Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut : 
·         Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa  survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
·         Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
·         Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
·         Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.



Menurut Schneiders (1964), proses penyesuaian diri setidaknya melibatkan tiga unsur, yaitu:
·         Motivasi
Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri. Motivasi, sama halnya dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam organisme. Ketegangan dan ketidakseimbangan memberikan pengaruh kepada kekacauan perasaan patologis dan emosi yang berlebihan dan kegagalan mengenal pemuasan kebutuhan secara sehat karena mengalami frustasi dan konflik. Respon penyesuaian diri, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan memelihara keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas respon baik itu sehat, efisien, merusak, atau patologis ditentukan oleh kualitas motivasi, disamping hubungan individu dengan lingkungan.
·         Sikap terhadap realitas
Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi terhadap manusia disekitarnya, benda-benda, dan hubungan- hubungan yang membentuk realitas. Beberapa perilaku seperti sikap antisosial, kurang berminat terhadap hiburan, sikap bermusuhan, kenakalan dan semaunya sendiri, semua itu dianggap sangat mengganggu hubungan antara penyesuaian diri dengan realitas. Berbagai tuntutan realitas, adanya pembatasan, aturan dan norma-norma menuntut individu untuk terus belajar menghadapi dan mengatur suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan unternal yang dimanifestasikan ke dalam bentuk sikap dengan tuntutan eksternal dari realitas. Situasi konflik, tekanan dan frustasi akan muncul jika individu tidak tahan terhadap tuntutan-tuntutan tersebut.
·         Pola dasar penyesuaian diri
Terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri dalam penyesuaian diri individu sehari-hari. Individu berusahan mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi atau terhambatnya kebutuhan individu.
Aspek-aspek Penyesuaian diri :
·         Penyesuaian Pribadi
Adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ciri-cirinya adalah dapat sepenuhnya menerima siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
            Kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Jarak inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.

·         Penyesuaian Sosial
            Di dalam masyarakat terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya. Penyesuaian sosial seseorang adalah bagaimana ia dapat mau mematuhi peraturan dan norma-norma dalam lingkungan sosialnya.
            Selanjutnya akan dibahas mengenai konsep penyesuaian diri, konsep penyesuaian diri merupakan semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang dikaitkan dengan pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya (Suliswati, dkk, 2005).
            Konsep penyesuaian diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi yang dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep penyesuaian diri dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain.
            Konsep penyesuaian diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental. Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

b.      Pengertian Pertumbuhan Personal  
            Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
            Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.

            Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu:
·         Faktor genetik
-      Faktor keturunan — masa konsepsi
-      Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
-      Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
-      Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
·         Faktor eksternal / lingkungan
-      Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
-      Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya 
            Dari semua faktor-faktor  di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
v  Aliran asosiasi
            Perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensation (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflection.
v  Psikologi gestalt
            Pertumbuhan adalah proses  perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
v  Aliran sosiologi
            Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya. Contoh : Saat seorang mahasiswa mengalami masalah mengenai penurunan nilainya. Maka ia akan berusaha untuk mengurangi beban pikirannya, misalnya dengan malakukan hobinya contohnya dengan bermain bola.


Refrensi :
ü  Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
ü  Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.
ü  Sarwono, W, Sarlito. 2010. Psikologi Remaja. RajaGrafindo Persada : Jakarta.
ü  S, Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offse : Bandung.