v Teori Kepribadiaan Sehat
Psikologi
sebagai suatu ilmu akan selalu berkembang seiring dengan berkembangnya
mazhab-mazhab dan teori-teori baru yang bermunculan. Teori-teori yang muncul
biasanya merupakan kritik dari teori-teori sebelumnya. Memang, patut diakui
bahwa teori dalam psikologi tidak ada yang sempurna, sehingga membuka
kesempatan bagi para ilmuwan untuk memberikan kritik dan masukan ataupun
penyempurnaan dari teori yang sudah ada. Teori-teori tersebut meyakini bahwa
faktor psikologis berpengaruh besar pada kondisi mental seseorang, dimana dalam
pendekatan psikologis memiliki 3 pandangan yang besar yang membahas mengenai
hal tersebut, yaitu: Psikoanalisa, Behavioristik, dan Humanistik (Holistik).
·
PSIKOANALISA
Pendekatan Psikoanalisa adalah pendekatan yang meyakini
bahwa interaksi individu pada awal kehidupan serta konflik intrapsikis yang
terjadi akan mempengaruhi perkembangan kesehatan mental seseorang. Faktor
Epigenetik mempelajari kematangan psikologis seseorang yang berkembang seiring
pertumbuhan fisik dalam tahap-tahap perkembangan individu juga merupakan faktor
penentu kesehatan mental individu tersebut.
Salah
satu tokoh psikoanalisa adalah Sigmund Freud (1856 – 1939). Freud lahir pada 6
Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Saat itu Moravia merupakan bagian dari
kekaisaran Austria-Hongaria (sekarang Cekoslowakia). Psikoanalisa bermula dari
keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa
menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat menggejala di Wina
(Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot, neurolog Prancis, yang
menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria mendukung pula
keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak itu Freud dan doktor
Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek
penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat
ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang
terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa
Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan
ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud
menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia,
antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang
tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi
keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka
keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego
lemah.
Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa
kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar
(unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang
ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
·
ID, adalah energi psikis, yang hanya memikirkan
kesenangan semata.
·
Superego, adalah kaidah moral dan nilai-nilai
sosial yang diserap individu dari lingkungannya.
·
Ego, adalah pengawas realitas.
v BEHAVIORISTIK
Pendekatan
yang meyakini Proses pembelajaran dan Proses belajar sosial akan mempengaruhi
kepribadian seseorang. Kesalahan individu dalam proses pembelajaran dan belajar
sosial akan mengakibatkan gangguan mental.
Aliran
ini sering dikatakan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak perduli pada jiwa.
Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang
mencapai puncaknya pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan
sebagai sains dan sementara sains hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat
dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’ tidak bisa diamati, maka tidak
digolongkan ke dalam psikologi.
Aliran
ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan
perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan
dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku
menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen
terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov
menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian
sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut mengeluarkan air
liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging
disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu
dinyalakan maka anjing tersebut mengeluarkan air liurnya meski daging tidak
disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan
cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Percobaan
yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan seekor
tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah
sebatang besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu
percobaan ini diulang terus menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak
akan menangis begitu hanya melihat tikus putih tersebut. Bahkan setelah itu dia
menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu: kelinci, anjing, baju berbulu
dan topeng Sinterklas. Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita
bisa melakukan apa yang disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).
v HUMANISTIK
Perilaku
individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang dimiliki. Selain itu, individu
diyakini memiliki kemampuan memahami potensi dirinya dan berkembang untuk
mencapai aktualisasi diri. Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran
behavioristik dan psikoanalisa. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia
menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab
ketiga setelah Psikoanalisa dan Behavioristik.
Salah
satu tokoh dari aliran ini adalah
Abraham Maslow, Ia mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya
meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah
jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.
Salah satu bagian dari humanistik
adalah logoterapi. Viktor Frankl mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut
sebagai logotherapy (logos = makna). Pandangan ini berprinsip:
·
Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang
paling menyedihkan sekalipun.
·
Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari
makna dari kehidupan kita itu sendiri.
·
Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang
kita lakukan dan apa yang kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan
sekalipun.
Frankl
mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp konsentrasi
Nazi pada masa Perang Dunia II, dimana Ia mengalami dan menyaksikan
penyiksaan-penyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua hal yang berbeda,
yaitu para tahanan yang putus asa dan para tahanan yang memiliki kesabaran luar
biasa serta daya hidup yang perkasa. Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan
seseorang memberi makna pada hidupnya. Logoterapi ini sangat erat kaitannya
dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan berdasarkan situasi-situasi berikut ini:
·
Ketika seseorang menemukan dirinya
(self-discovery). Sa’di (seorang penyair besar dari Iran) menggerutu karena
kehilangan sepasang sepatunya di sebuah masjid di Damaskus. Namun di tengah
kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada seorang penceramah yang berbicara
dengan senyum gembira. Kemudian tampaklah olehnya bahwa penceramah tersebut
tidak memiliki sepasang kaki. Maka tiba-tiba ia disadarkan, bahwa mengapa ia
sedih kehilangan sepatunya sementara ada orang yang masih bisa tersenyum walau
kehilangan kedua kakinya.
·
Makna muncul ketika seseorang menentukan
pilihan. Hidup menjadi tanpa makna ketika seseorang tak dapat memilih. Sebagai
contoh: seseorang yang mendapatkan tawaran kerja bagus, dengan gaji besar dan
kedudukan tinggi, namun ia harus pindah dari Yogyakarta menuju Singapura. Di
satu sisi Ia mendapatkan kelimpahan materi namun di sisi lainnya Ia kehilangan
waktu untuk berkumpul bersama anak dan istrinya. Dia menginginkan pekerjaan itu
namun sekaligus punya waktu untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia putuskan
untuk mundur dari pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu luang bersama
keluarganya. Pada saat itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.
·
Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak
tergantikan. Misalnya: seorang rakyat jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden
langsung di rumahnya. Ia merasakan suatu makna yang luar biasa dalam
kehidupannya dan tak akan tergantikan oleh apapun. Demikian juga ketika kita
menemukan seseorang yang mampu mendengarkan kita dengan penuh perhatian, dengan
begitu hidup kita menjadi bermakna.
·
Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung
jawab. Seperti contoh di atas, seorang bendahara yang diserahi pengelolaan uang
tunai dalam jumlah sangat besar dan berhasil menolak keinginannya sendiri untuk
memakai sebagian uang itu untuk memuaskan keinginannya semata. Pada saat itu si
bendahara mengalami makna yang luar biasa dalam hidupnya.
·
Ketika kita mengalami situasi transendensi
(pengalaman yang membawa kita ke luar dunia fisik, ke luar suka dan duka kita,
ke luar dari diri kita sekarang). Transendensi adalah pengalaman spiritual yang
memberi makna pada kehidupan kita.
v Refrensi
ü Staff
UNDIP.”Pokok Bahasan I Gerakan Kesehatan Mental”. Makalah Bab 1.
staff.undip.ac.id/psikologi/...sari.../06-BAB-1.pdf
No comments:
Post a Comment