I.
Pengertian
Stress
Kita semua pasti pernah mengalami
stress, tetapi sebenarnya stress itu tidak terlalu buruk. Stress dalam tingkat
yang sedang perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada dan
membantu orang melakukan penyesuaian. Hidup yang serba tenang itu menjemukan.
Dalam ketenangan yang menjemukan itu orang misalnya menonton film yang Ia sukai
untuk mengatasi kondisi yang menjemukan ini. Sistem syaraf juga memerlukan
rangsangan agar bisa tetap terlatih dan selanjutnya bisa berfungsi dengan baik.
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. J.P. Chaplin dalam kamus lengkap Psikologi
mendefinisikan stress sebagai suatu keaadaan tertekan, baik secara fisik maupun
psikologis. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang diakibatkan
karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga
dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang
dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut
terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan
dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson
(1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan
segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress
berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa
stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan
berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
·
Suatu
tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses
psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi
atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang
berlebihan terhadap seseorang.
·
Sebagai
suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau
proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari
luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah
konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja.
Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada
faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres
bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap
reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai
oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian
Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap
stresor fisik yang berbeda.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress
diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang
ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut
jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan
akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak
mampu untuk terus bertahan.
Lazarus
(1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
·
Stimulus,
yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress
atau disebut juga dengan stressor.
·
Respon,
yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat
secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah
tersinggung.
·
Proses,
yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif
dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi
fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang
berbeda, bisa negatif ataupun positif, tergantung bagaimana kuatnya individu
tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan
stress yang sedang dihadapinya.
II.
Arti
Penting Stress
Efek-efek stress menurut Hans Selye :
Ø Local Adaptation
Stres
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap
stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,
akomodasi cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Ø Karakteristik dari
LAS :
·Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak
melibatkan semua system.
·Respon bersifat adaptif; diperlukan stresor untuk
menstimulasinya.
·Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
·Respon bersifat restorative.
Ø General Adaptation
Syndrom
Selye (1983) menyatakan munculnya sindrom adaptasi
umum (GAS) melalui beberapa tahap berikut :
·
Tahap peringatan (Alarm Stage)
·
Tahap reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai
stressor. Tubuh tidak dapat bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.
·
Tahap Adaptasi atau Eustres (Adaptation Stage). Tahap
dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta
membatasi stresor. Ketidakmampuan tubuh beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi
rentan terhadap penyakit.
·
Tahap Kelelahan atau distres (Exhaution Stage). Tahap
dimana adaptasi tidak dapat dipertahankan karena stres yang berulang atau
berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh.
Efek
lain seperti efek fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
·
Nyeri dada
·
Insomnia atau tidur masalah
·
Nyeri kepala Konstan
·
Hipertensi
·
Tukak
III.
Tipe-tipe
Stress
Bayi, anak-anak dan
dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres bisa berasal dari diri
sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004). Menurut Maramis (2009)
dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres psikologis, yaitu frustasi,
konflik, tekanan, dan kecemasan.
·
Frustasi timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan
karena ada aral melintang, misalnya apabila ada perawat puskesmas lulusan SPK
bercita-cita ingin mengikuti D3 AKPER program khusus puskesmas, tetapi tidak
diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya dan sebagainya. Frustasi ada yang
bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik
(kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,
pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
·
Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua
atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik,
yaitu :
a. Approach-approach conflict, terjadi apabila
individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai,
misalnya saja seseorang yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan
karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk
menikmati alternatif yang tidak diambil.
Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu
dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita
muda yang hamil diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi
disisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan
anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih
banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif
memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach-avoidance conflict, merupakan situasi
dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar
dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat
berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat
membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok.
·
Tekanan adalah suatu keadaan yang menekan atau suatu
keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami individu dalam suatu kondisi.
·
Kecemasan merupakan respon yang paling umum terhadap
suatu stressor. Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh
perasaan seperti; kuatir, prihatin, tegang, dan takut yang dialami oleh semua
manusia tetapi dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda.
IV.
Sympton
Reducing Respon Stress
·
Respon terhadap stress menyangkut defense mechanism
Strategi
terfokus emosi sudah memiliki sejarah panjang dalam literatur psikoanalisis
Sigmund Freud. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan untuk menyebutkan
strategi yang tidak disadari, yang digunakan untuk mengatasi emosi negatif.
Stretegi tersebut tidak mengubah situasi stress, melainkan hanya bertujuan
untuk mengubah cara menghayati atau memikirkan situasi. Jenis-jenis defense mechanism, yaitu:
ü Represi, merupakan
mekanisme pertahanan yang paling dasar dan paling penting. Dalam represi,
impuls dan memori yang menimbulkan rasa malu, rasa bersalah atau sikap mencela
diri sendiri, ditekan atau direpresi masuk ke alam bawah sadar.
ü Rasionalisasi, yaitu
bertindak dengan menggunakan motif yang dapat diterima secara logis atau
sosial, sedemikian rupa sehingga tampaknya bertindak secara rasional.
ü Pembentukan Reaksi,
yaitu terjadi ketika orang melakukan perbuatan yang sebaliknya dari motif
sesungguhnya.
ü Proyeksi, adalah
perilaku seseorang yang menutupi kualitas perilakunya yang tidak layak atau
kurang baik, kemudian memproyeksikan kualitas tersebut pada orang lain.
·
Strategi coping yang spontan mengatasi stress
Strategi menghadapi stres antara
lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor dengan cara melakukan
perbaikan diri secara psikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri
secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan
tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri
secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi
yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial
dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok
sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak
negatif stresor.
Refrensi
ü
Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
No comments:
Post a Comment